Rabu, 31 Oktober 2012

Did You Know ?

ASAL USUL NAMA 
INDONESIA

Nama Indonesia pertama kali muncul di dunia pada tulisan James Richardson Logan halaman 254. Sedangkan Logan sendiri adalah orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Dan uniknya, saat Logan mengusulkan nama Indonesia, Logan tidak menyadari dan tidak menduga jika nama tersebut akan menjadi nama suatu bangsa dan negara.
Dan berikut ini tulisan L

ogan pada tahun 1819 - 1869 tesebut: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago.

Dari situlah James Richardson Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam karya ilmiahnya, dan dengan seiring perjalanannya waktu pemakaian nama Indonesia menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Inilah yang menjadi titik awal mula nama Indonesia di dunia.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian ( 1826 - 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch - Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah Indonesia itu dari tulisan - tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula - mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers - bureau.
Pada dasawarsa 1920 - an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, Negara Indonesia Merdeka yang akan datang ( de toekomstige vrije Indonesische staat ) mustahil disebut -Hindia Belanda-. Juga tidak -Hindia- saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik ( een politiek doel ), karena melambangkan dan mencita - citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia ( Indonesier ) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij ( Natipij ). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula - mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda - Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad ( Dewan Rakyat, DPR zaman Belanda ), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch - Indie. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah - mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama Hindia Belanda untuk selama - lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia

Roket dan Satelit Buatan Indonesia Siap Mengangkasa


Opini-roket Apabila pada tahun 2014 mendatang, roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil meluncur ke ruang angkasa dan mengangkut satelit buatan Indonesia
pula, akan menjadi prestasi yang membanggakan.

Pada 6 oktober 2012, dunia dikejutkan dengan rencana Korea Utara meluncurkan roket tiga-tingkat pengangkut satelit cuaca ke ruang angkasa. Amerika Serikat langsung wanti-wanti kepada Indonesia dan Filipina tentang kemungkinan kegagalan operasi peluncuran dan mengakibatkan sampah roket serta satelitnya bertaburan di atas wilayah negara negara yang berada di sekitar katulistiwa tadi.

Negara-negara ASEAN khawatir pula atas rencana peluncuran roket Korea Utara tadi, yang ditengarai akan dipakai juga untuk uji coba peluru kendali (rudal) balistik. “Ada rasa cemas yang nyata atas perkembangan di Semenanjung Korea,” kata Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan,seusai pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Phnom Penh, 14 oktober 2012.

Memang, ada dua jenis teknologi yang perkembangannya selalu dipantau dengan serius oleh masyarakat intelijen dunia, yaitu teknologi roket dan teknologi nuklir. Betapa kita melihat perkembangan teknologi nuklir di Iran, Irak, Cina, India, dan Korea Utara, yang membikin pusing lawan-lawan mereka. Teknologi peroketan yang berkembang di negara-negara tadi jelas bikin nyali ciut, mengingat roket dapat dipakai untuk mengangkut bom nuklir antarbenua, seperti Inter Continental Ballistic Missiles (ICBM) maupun peluru kendali Polaris yang diluncurkan dari kapal selam nuklir.
Perintis Teknologi Peroketan
Indonesia termasuk salah satu negara yang paling awal merintis teknologi nuklir dan teknologi peroketan. Ilmuwan-ilmuwan Indonesia mulai belajar teknologi nuklir di Amerika Serikat dan Rusia pada tahun 1960-an. Sedang pada tahun 1964, Reaktor Atom Bandung, sebagai reaktor nuklir ilmiah pertama di Indonesia mulai beroperasi.

Dalam dunia peroketan, Indonesia berhasil meluncurkan roket pertama buatan ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), diberi nama KARTIKA-1, pada tahun 1962 dari Stasiun Peluncuran Roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Pada 27 November 1963, Lapan dibentuk dan Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) dimulai.

Memang, lebih dari tiga dekade, sejak 1965, perkembangan teknologi peroketan di Tanah Air nampak stagnan. Di saat mitra-mitra Indonesia, seperti Jepang, Cina, India, bahkan Iran, Irak dan Korea Utara semakin pesat mengembangkan teknologi peroketannya, maka Indonesia masih saja pada tahapan berupaya untuk mempertahankan kemampuan yang ada melalui pengembangan kapasitas. Kegiatan riset dan pengembangan teknologi peroketan terus digiatkan walaupun dengan sarana, prasarana dan anggaran yang terbatas.

Mobil Buatan Anak Bangsa

Mobil Listrik Futuristik Buatan Anak Bangsa

MI/Chadie


Memperkuat eksistensinya sebagai pemasok lampu otomotif unggulan, Autovision kembali memberi dukungan dalam pembangunan mobil konsep bertenaga listrik kreasi anak bangsa yang dinamai SV-
1. Kendaraan sport listrik ini dibuat atas kerjasama antara coachbuilder Signal Kustom, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di dukung Auto Vision serta Alpine yang masing-masing memasok lampu dan perangkat Audio multimedia.

Lewat tangan dingin Andre Mulyadi dari Signal Kustom Bandung, kendaraan ini di re-engineering menjadi kendaraan single seateryang menyodorkan aura futuristis dan hi-tech dengan sosok yang mengingatkan kita pada kendaraan dalam film-film fiksi ilmiah.

Mobil milik Franklin dari Club Connection ini sejatinya adalah Nissan Cefiro yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga sama sekali tidak meninggalkan jejak 'ke-Cefiro-annya'. Bisa dibilang, hanya gearbox saja yang masih setia menggunakan perangkat milik Cefiro.

Mesin bensin asli pun dilengserkan dari tahtanya. Sebagai gantinya, kendaraan konsep ini dijejali 45 unit baterai lithium iron phosphate (LiFePo4) yang dirangkai seri sehingga mampu menyuplai tegangan hingga 144 Volt dengan kapasitas 160 Ah.

Baterai ini dimanfaatkan untuk memasok daya bagi motor listrik DC bertegangan 114 Volt yang mampu berputar hingga 6.500 rpm dengan output sebesar 100 hp dan berkekuatan puntir maksimal hingga 146,43 Nm.

Untuk menyiasati tenaga kendaraan yang tidak terlalu besar untuk ukuran mobil sport konvensional, kendaraan dibuat seringan mungkin tanpa harus mengorbankan kekuatan strukturnya lewat penggunaan pipa tubular dan plat logam yang dikombinasi serat karbon. Alhasi bobotnya pun berkisar 650 - 700 kg.

Sebagai mobil berstatus konsep, SV-1 dibekali velek custom Corr Wheels terbuat dari aluminium forged(aluminium tempa) yang sengaja dipesan langsung dari Amerika. Velek bagian depan memiliki lebar 12 inci dengan ban berdimensi 275/40 R20, sementara bagian belakangnya menggunakan velek selebar 15 inci yang dibalut ban berdimensi 315/35 R20.

Andre Mulyadi mengatakan bahwa timnya mengalami kesulitan untuk mengetahui performa SV-1 mengunakan perangkat dynotest. "Peralatan dynotest yang ada belum bisa mengukur performa kendaraan listrik. Alat tersebut hanya bisa mengukur mesin-mesin konvensional dengan pilihan kalibrasi untuk mesin 4 silinder, inline six, V8, V12 konvensional, tetapi tidak ada pilihan untuk mengukur kendaraan listrik." ungkap Andre.

"Yang bisa diukur hanya kecepatan maksimalnya yang waktu itu bisa mencapai antara 130 hingga 150 km/jam, sedangkan tenaganya tidak bisa terhitung secara benar dan cuma terbaca 12 hp akibat tidak adanya pilihan kalibrasi untuk mesin non konvensional," lanjutnya.

Untuk daya jelajah, Andre mengklaim mobil kreasi timnya ini mampu berjalan sejauh 80 km, sementara untuk mengisi kembali baterainya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Mengimbangi tampilannya yang futuristis, SV-1 dibekali sistem pencahayaan dari Autovision antara lain model bi-xenon projector lens light untuk lampu utama plus angel eyes berupa cahaya merah yang melingkar di tepi lensa sehingga meningkatkan kesan futuristisnya.

Di bagian belakang, dipasang lampu Autovision jenis DRL (daytime running light). "Aslinya DRL ini berwarna putih. Kami beri sapuan cat candy tone berwarna merah agar bisa difungsikan sebagai lampu kombinasi belakang," tutur Fachrizal Azhar, Manager Marketing CV Sampurna Part Niaga selaku pemasok Autovision di Indonesia.

Untuk meningkatkan aura masa depan, bagian interiornya menggunakan sistem pencahayaan Autovision Microzen LED Flextrip 27 yang disambung menjadi satu. Selain itu, lampu jenis ini juga diinstalasikan untuk menunjang sektor detil bodi kendaraan.

Melengkapi kecanggihan tampilannya, urusan perangkat elektronik dipercayakan pada produk Alpine. Dan karena mobil konsep ini tidak dilengkapi atap, piranti yang digunakan pun dipilih yang kedap air yaitu Alpine Marine Edition sehingga tetap aman meskipun di bawah siraman air hujan.

Boyke selaku Brand Manager Alpine Indonesia memaparkan bahwa sistem audio dan navigasi kendaraan yang instalasinya digarap oleh instalatur Audiopro di Bandung ini menganut aliran yang menggabungkan antara SPL dan SQ yaitu SQL.

"Aliran SQL ini memiliki kekuatan suara yang kuat namun dengan kualitas yang tetap terjaga, tidak seperti aliran SPL yang hanya asal kencang," ujar Boyke. Untuk keperluan itu, Audiopro menggunakan speaker jeniscoaxial 7 inci sebanyak 4 unit yang dikendalikan oleh 1 buah power amplifier Alpine berkekuatan 4 x 100 watt (RMS).

Untuk urusan nada rendahnya, diserahkan kepada 4 buah Subwoofer berukuran 10 inci yang di-drive oleh dua unit power amplifier monoblock yang masing-masing berkekuatan 1 x 600 watt, sehingga total daya yang dihasilkan menjadi 1.200 watt (RMS).

Empat buah monitor dan empat buah kamera juga terpancang yang sengaja difungsikan sebagai display pengontrol audio, pengganti kaca spion serta navigasi satelit. Head Unit-nya sendiri menggunakan Alpine Digital Media Station IXA-W407BT yang sama sekali tidak memiliki perangkat mekanis di dalamnya.

Itu artinya, Head Unit berfitur GPS Touchscreen dan Bluetooth ini hanya memainkan sumber-sumber digital dalam format MP3/AAC/WMA seperti pada iPod, iTouch 2nd gen, iPhone 3G/3GS dan sumber-sumber digital via USB port.
lagi2 karya anak bangsa yg wajib didukung (NO HOAX)